SNOUCK HURGGRONJE

By #adminweb 02 Mei 2021, 11:52:37 WIB Dunia Islam
SNOUCK HURGGRONJE

Ilmu pengetahuan tak selalu sejalan dengan kesejatian. Tak semua orang berilmu berniat mencapai maqam kebenaran sejati dalam kehidupannya. Cukup banyak orang yang serius mencari ilmu dengan tujuan duniawi semata. Bahkan ada yang untuk dijadikan senjata menghancurkan lawan politik. Barangkali itulah yang saya pahami dari Snouck Hurgronje [1857 - 1936].

Snouck Hurgronje adalah intelektual Belanda, yang keluarga besarnya berdarah Yahudi. Tapi kemudian mereka berasimilasi, dan menjadi Protestan yang taat. Ayahnya, Christian de Visser, seorang Pendeta. Sedangkan kakek dari pihak Ibunya, DS. J. Scharp, adalah penginjil di Rotterdam yang mengarang "Korte schets over Mohammed en de Mohammedanen handleiding voor de kwekelingen van het Nederlanche zendelinggenootscap" --- Sketsa Tentang Muhammad dan Pengikut Muhammad, Buku Pegangan Wajib Para Penginjil Belanda.

Snouck Hurgronje adalah simbol agen rahasia di bidang agama yang legendaris. Dia mempelajari Islam secara serius, untuk menjalankan misi rahasia dari Pemerintah Belanda. Agar bisa masuk ke Tanah Suci Mekkah, pada 16 Januari 1885, dia mengucapkan syahadat di depan Hakim Agama di Kota Jeddah. Dia pun berganti nama menjadi "Abdul Ghafar". Tapi itu muslihat belaka. Pada tanggal yang sama, dia mengirim surat ke sahabatnya, Gold Ziher, Teolog Hongaria:

"Ich habe einen einfachen weg gefunden, der mir Insha' Allah die thore der H stadt entschliessen wird. Ganz ohne ihzaar oel Islam geht dast naturlich nich" --- saya telah menemukan pintu gerbang kota suci, Mekkah, itu. Tanpa sikap ihzarul Islam, berpenampilan atau berpura-pura menjadi Islam, saya tak bisa masuk ke sana. [Surat ini sekarang disimpan di Akademi Ilmu Pengetahuan di Budapest, Hongaria].

Setelah masuk ke Kota Suci Mekkah, berguru pada beberapa ulama, dan bergaul dengan banyak tokoh dari Hindia Belanda [Nusantara], yang tengah menunaikan ibadah haji, Snouck Hurgronje membuat laporan dan saran untuk Pemerintah Kolonial Belanda. Sebab, Belanda memahami bahwa kesadaran "jihad" menjadi landasan utama kaum pribumi melawan Penjajah Belanda. 

Dan salah satu keberhasilan Snouck adalah melumpuhkan perlawanan rakyat Aceh. Hal ini secara khusus diminta Pemerintah kolonial Belanda karena kewalahan menghadapi militansi pejuang Aceh. Saran Snouck soal Aceh dibuat dalam tulisan panjang berjudul 'Atjeh Verslag', yang belakangan sebagian tulisan diterbitkan menjadi buku 'De Atjeher'. Dalam laporan itu terungkap bahwa Snouck secara prinsip meminta Belanda mengubah strategi perang kontra gerilyawan. Snouck berpendapat politik pecah-belah [devide et impera] justru akan lebih efektif untuk menaklukan Aceh.

Begitulah. Kita harus belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lalu. Bukan tak mungkin, di era perang ideologi saat ini, banyak 'Snouck Hurgronje' lain di sekitar kita. Mereka bisa jadi bergelar Ustadz, Doktor, bahkan Profesor. Mereka "menafsirkan" ayat-ayat Tuhan sesuai kehendak bowheer yang menjadi Tuannya. 

Seperti Snouck, para ilmuwan begundal ini menguasai Bahasa Arab dengan fasih. Mampu menukil ayat Qur'an dan hadist. Hanya saja mereka menggunakan konteks yang sengaja dipilih agar cocok dengan kepentingan tertentu. Pendapat mereka, meskipun sesat, seolah "masuk akal". Otak mereka penuh. Tapi qalbu mereka melompong, zonder api yang menyala [ghirah] Islam. Barangkali inilah yang dimaksud Julien Benda [1867 - 1956], filsuf Prancis yang keren itu, dalam karyanya "La Trahison des Clercs" --- Penghianatan Kaum Intelektual!

Dan yang perlu menjadi catatan adalah, mereka senantiasa ada sampai dengan saat ini. Dan tentunya pula mereka telah melakukan Evaluasi tentang kegagalan-kegagalan yang pernah mereka alami pada masa lampau.

Dari kegagalan tersebut mereka terus memperbaiki dan terus meningkatkan pola dan keilmuannya untuk mendiskreditkan Islam. Bisa dibayangkan bagaimana pola mereka saat ini? Tentunya lebih halus dan lebih cantik dibandingkan pada masa Snouck Hurgronje.

Kalau sekiranya Islam ini tidak dijamin dan di pelihara langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, pastilah Islam ini telah tercabik-cabik akibat berbagai pola yang mereka gencarkan untuk mendiskreditkan Islam ini.

Gelar haji di Indonesia diberikan oleh penjajah Kolonial Belanda atas saran Snouck Hurgronje, krn menurut mereka orang pribumi yang telah pergi ke tanah suci semakin kuat ajaran jihadnya. Dan Belanda termasuk kelompok yang menjadi sasaran jihad. Karena itu dengan pemberian gelar haji akan memudahkan Belanda untuk melakukan pengawasan. Sekarang gelar itu melambangkan status.
 




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment