Mengenal 5 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia

By #adminweb 23 Mei 2022, 10:28:09 WIB Sekolah
Mengenal 5 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia

Masuknya agama islam ke nusantara (indonesia) pada akhir abad ke-6, yang dibawa oleh Syekh Abdul Kadir Jailani, telah membawa banyak perubahan dan perkembangan bukan saja pada masyrakat, tetapi juga budaya dan pemerintahan. Perubahan dan perkembangan ini salah satunya terlihat jelas dari banyak bermunculannya kerajaan-kerajaan yang  bercorak islam.

Kerajaan-kerajaan ini terus berkembang dan memperlihatkan pengaruhnya terhadap proses penyebaran agama Islam di Indonesia, dengan masa kejayaan diperkirakan berlangsung antara abad ke-13 sampai abad ke-18. Maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, dan lain-lain menjadi pendorong utama lahirnya kerajaan-kerajaan ini.

Dalam pembagiannya, kerajaan Islam di Indonesia dibagi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yakni yang berpusat di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Lantas, mana diantara kerajaan-kerajaan yang ada di keempat wilayah tersebut yang masuk kategori pertama atau paling tua?

Selama ini, fakta yang kita ketahui menyebutkan bahwa kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia, namun nyatanya, ada kerajaan lain lho yang berdirinya jauh lebih lama dibanding Samudera Pasai. Kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Perlak yang berlokasi di Aceh bagian timur. Kerajaan ini berdiri cukup lama, hingga akhirnya bergabung dengan kerajana Samudera Pasai. Nah, sekarang tahu dong kenapa Samudera Pasai justru lebih dikenal ketimbang Perlak.

1. Kerajaan Perlak (840-1292)

Kesultanan Perlak atau Peureulak disebut sebagai kerajaan Islam tertua di Indonesia lantaran telah berdiri sejak tahun 840 M. Kerajaan yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh bertahan hingga tahun 1292, sebelum akhirnya bergabung dengan kerajaan Islam tertua lainnya, Samudera Pasai.

Raja pertama yang memerintah kerajaan Perlak adalah Sultan Alaidin Syeh Maulana Abdul Aziz Syah. Sultan Alaidin Syeh Maulana Abdul Aziz Syah sendiri merupakan putera dari pasangan Ali bin Muhammad bin Ja`far Shadiq yang merupakan pendatang islam dengan Makhdum Tansyuri, adik dari Syahir Nuwi pemimpin Perlak sebelum memeluk islam. Sejak kepemimpinan Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah, bandar Perlak berganti nama menjadi bandar Khalifah.

Hasil alam dan posisinya yang strategis membuat Perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad ke-8, disinggahi oleh kapal-kapal yang antara lain berasal dari Arab dan Persia. Hal ini membuat masyarakat Islam di daerah ini berkembang, terutama sebagai akibat perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat.

Kerajaan Perlak bersatu dengan Samudera Pasai setelah meninggalnya sultan terakhir (ke-18), yakni Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah 1267 – 1292). 

2. Kerajaan Ternate (1257)

Kesultanan Ternate atau dikenal juga dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku, sekaligus salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Kerajaan ini didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257, dan memiliki peran yang cukup penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jayanya, kekuasaan Ternate membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.

Pada masa–masa awal kemunculannya, suku Ternate dipimpin oleh para momole. Namun setelah membentuk kerajaan jabatan pimpinan dipegang seorang raja yang disebut kolano. Mulai pertengahan abad ke-15, Islam diadopsi secara total oleh kerajaan dan penerapan syariat Islam diberlakukan. Sultan Zainal Abidin meninggalkan gelar kolano dan menggantinya dengan gelar sultan. Sejak itu, para ulama menjadi figur penting dalam kerajaan.

Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan di masa pemerintahan Sultan Bayanullah, dengan menjadi salah satu dari tiga kesultanan terkuat dan pusat Islam utama di Nusantara (abad ke-16), disamping Aceh dan Demak setelah kejatuhan Malaka pada tahun 1511. Ketiganya membentuk Aliansi Tiga untuk membendung sepak terjang Portugal

3. Kerajaan Samudera Pasai (1267 – 1521)

Kesultanan Pasai, dikenal juga dengan sebutan Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai. Ini adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatra, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia.

Samudera Pasai, yang dikenal banyak orang sebagai kerajaan Islam tertua didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Beliau wafat pada tahun 1267 M, dan pemerintahan dilanjutkan oleh putranya Sultan Muhammad Malik az-Zahir dari perkawinannya dengan putri Raja Perlak. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama Islam.

Sultan Muhammad Malik az-Zahir kemudian meninggal dunia pada tahun 1326 dan digantikan oleh anaknya Sultan Mahmud Malik az-Zahir yang memerintah sampai tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, yang kemudian menceritakan bahwa sultan di negeri Samatrah (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut Mazhab Syafi’i.

4. Kerajaan Gowa (1300an)

Kesultanan Gowa atau biasa dipanggil Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang ada di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi bagian selatan. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya.

Raja yang paing terkenal di Gowa bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kesultanan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa (dinasti) Suku Bugis dengan rajanya, Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya pada abad ke-17.

Dalam perkembangannya, kesultanan Gowa telah mengalami pasang surut sejak Raja Gowa ke-1, Tumanurung, hingga mencapai puncak keemasannya pada abad ke-17, dan kemudian mengalami masa penjajahan di bawah kekuasaan Belanda. Sistem pemerintahan Gowa mengalami transisi pada masa Raja Gowa ke-36, Andi Idjo Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin, yang menyatakan Kesultanan Gowa bergabung menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu. Sejak itu, Gowa pun berubah bentuk dari kerajaan menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Gowa. Dengan perubahan ini, Andi Idjo tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Kabupaten Gowa pertama.

5. Kerajaan Pagaruyung (1347)

Kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang pernah berdiri di Sumatra, tepatnya di provinsi Sumatra Barat. Munculnya nama Pagaruyung sebagai sebuah kerajaan Melayu sendiri tidak dapat diketahui dengan pasti. Pasalnya,  tidak ada Tambo Minangkabau  (karya sastra sejarah yang merekam kisah, legenda dan sebagainya)  yang memberikan penanggalan dari setiap peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Bahkan jika menganggap Adityawarman sebagai pendiri dari kerajaan ini, Tambo juga tidak secara gamblang menjelaskannya. Hanya beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman, yang bisa menunjukan bahwa ia memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya menjadi Tuhan Surawasa, sebagaimana penafsiran dari Prasasti Batusangkar.

Pengaruh Islam di Pagaruyung berkembang kira-kira pada abad ke-16, yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Salah satu murid ulama Aceh yang terkenal – Syaikh Abdurrauf Singkil (Tengku Syiah Kuala), yaitu Syaikh Burhanuddin Ulakan, adalah ulama pertama yang dianggap telah menyebarkan agama Islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung akhirnya berubah menjadi kesultanan Islam. Raja Islam yang pertama dalam tambo adat Minangkabau disebutkan bernama Sultan Alif.

Dengan masuknya agama Islam, maka aturan adat yang bertentangan dengan ajaran agama Islam mulai dihilangkan dan hal-hal yang pokok dalam adat diganti dengan aturan agama Islam.

Kerajaan ini runtuh pada masa Perang Padri, setelah ditandatanganinya perjanjian antara Kaum Adat dengan pihak Belanda yang menjadikan kawasan Kerajaan Pagaruyung berada dalam pengawasan Belanda.                                                                




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment