Ibnu Abbas, Sang Tinta Umat

By #adminweb 13 Agu 2021, 17:12:43 WIB Dunia Islam
Ibnu Abbas, Sang Tinta Umat

Jika kita mengenal Abbas bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah Saw., tentu jika disebut nama Abdullah bin Abbas, kita bisa mengetahui kekerabatannya dengan Rasulullah Saw.

Abdullah bin Abbas atau dikenal dengan Ibnu Abbas adalah sepupu Rasulullah Saw. Ia dilahirkan setelah 10 tahun Nabi Saw. diutus menjadi Rasul atau lebih tepatnya ia lahir tiga tahun sebelum Rasulullah Saw. hijrah.

Kekerabatan dengan Rasulullah Saw.

Abdullah bin Abbas merupakan  anak dari Abbas bin Abdul Muthalib dan Ummu al-Fadl Lubaba. Sosok Ibnu Abbas sudah dikenal akrab dengan Nabi Muhammad Saw. sejak kecil.

Bersama beliau, ia tumbuh menjadi pribadi yang mempunyai karakter dan sifat yang kuat.

Dengan berbekal rasa ingin tahunya yang tinggi, semasa kecil Ibnu Abbas selalu mengikuti Rasulullah. Ia rajin menghadiri majelis Rasulullah dan selalu mengingat setiap ucapan Nabi Saw.

Ia pun dijuluki sebagai penggila ilmu lantaran ketekunannya belajar dari Rasulullah dan para sahabat senior.

Saat ia kecil, Rasul berkata kepadanya, “Ya Ghulam, maukah kau mendengar beberapa kalimat yang sangat berguna?” tanya Rasulullah padanya.

“Jagalah (ajaran-ajaran) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya selalu menjagamu. Jagalah (larangan-larangan) Allah, maka kamu akan mendapati-Nya selalu dekat di hadapanmu.”

Pemuda kecil itu tertegun di depan Rasulullah. Ia memusatkan perhatian pada setiap patah kata yang keluar dari lisan manusia paling mulia itu.

“Kenalilah Allah dalam sukamu, maka Allah akan mengenalimu dalam duka. Bila kamu meminta, mintalah kepada-Nya. Jika kamu butuh pertolongan, memohonlah kepada-Nya. Semua hal telah selesai ditulis.”

Hidup bersama Rasulullah benar-benar telah membentuk karakter dan sifatnya. Suatu hari, pikirannya dipenuhi rasa ingin tahu yang besar tentang bagaimana cara Rasulullah salat.

Malam itu, ia sengaja menginap di rumah bibinya, Maimunah binti Al-Harits, istri Rasulullah.

Sepanjang malam ia berjaga, sampai terdengar olehnya Rasulullah bangun untuk menunaikan salat. Ia segera mengambil air untuk bekal wudu Rasulullah.

Di tengah malam buta itu, betapa terkejutnya Rasulullah menemukan Abdullah bin Abbas masih terjaga dan menyediakan air wudu untuknya.

Rasa bangga dan kagum menyatu dalam dada Rasulullah. Beliau menghampiri Ibnu Abbas, dan dengan lembut dielusnya kepala bocah belia itu. “Ya Allah, berikan dia keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu.” Demikian doa Rasulullah.

Selalu Haus Ilmu

Saat Rasulullah wafat, usia Ibnu Abbas saat itu masih sangat muda, yaitu 13 tahun. Sepeninggal Rasul, Ibnu Abbas memburu ilmu kepada sahabat Nabi Saw.

Suatu ketika, Ibnu Abbas mendengar sahabat Nabi Saw. menyampaikan hadis. Tak menunggu lama, dia langsung mendatangi rumah sahabat tersebut di waktu istirahat siang untuk belajar. Ibnu Abbas membentangkan kainnya di teras pintu rumah sahabat Nabi.

Melihat Ibnu Abbas yang duduk di depan teras, sahabat Nabi berkata,  “Wahai sepupu Rasulullah, apa yang membuatmu datang? Mengapa engkau tidak memintaku untuk datang?’ Ibnu Abbas menjawab, “Aku lebih patut untuk datang kepadamu, karena ilmu itu yang seharusnya didatangi, bukan mendatangi.”

Setiap mendapatkan ilmu baru, dia selalu mencari tahu ilmu tersebut hingga ke akar-akarnya. Dia tak sungkan bertanya hingga ke puluhan sahabat Nabi lainnya untuk memastikan ilmu atau informasi yang didapat. Dari situlah asal usul hadis sahih yang diriwayatkan Ibnu Abbas.

Di usia yang sangat muda, Ibnu Abbas menorehkan prestasi yang luar biasa. Rasa ingin tahu yang dalam, semangat juangnya mencari ilmu, dan kedalaman berpikirnya menjadikannya ahli tafsir, fikih, dan hikmah yang menjadi rujukan umat. Bahkan para sahabat Nabi pun kerap meminta pendapatnya dalam berbagai persoalan.

Umar bin Khaththab ra. bahkan menyebutnya sebagai “Pemuda Tua” karena memiliki ilmu yang dalam seperti orang tua di usianya yang sangat muda. Umar selalu meminta pendapat Ibnu Abbas setiap kali mendapatkan persoalan.

Karena ketinggian ilmunya yang tak berimbang dengan usianya, ada yang bertanya tentangnya. “Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini, wahai Ibnu Abbas?”

Ibnu Abbas berkata, “Dengan lidah dan gemar bertanya, dengan akal yang suka berpikir.”

Wafatnya Sang Tinta Umat

Ibnu Abbas meriwayatkan lebih dari 1.600 hadis. Dengan jumlah inilah beliau menjadi perawi hadis terbanyak kelima. Beliau wafat di usia 71 tahun di kota Thaif.

Rasa kehilangan kaum muslimin atas meninggalnya “Sang Tinta Umat” sangat besar. Ekspresi kehilangan mendalam tersebut tergambarkan dalam perkataan Abu Hurairah tentangnya, “Hari ini telah wafat ulama umat.”

Begitulah Islam mampu melahirkan sosok panutan. Sungguh, sistem Islam tidak pernah kehabisan teladan yang menginspirasi umat abad ini.

Siapapun yang menggali lembaran sejarah Islam, pasti tidak akan hilang rasa takjub akan kesungguhan para sahabat dan generasi setelahnya dalam menimba ilmu, mengamalkan, serta mengajarkannya.




Write a Facebook Comment

Komentar dari Facebook

View all comments

Write a comment